Jakarta (03/10/2023). Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Gadjah Mada (UGM) menghadiri undangan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang digelar Selasa, 3 Oktober 2023 di Sheraton Grand, Jakarta. Acara ini diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang dihadiri oleh sekitar 500 peserta yang terdiri dari perwakilan Satgas PPKS seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Satgas PPKS UGM mengirimkan 2 perwakilan yaitu Sekretaris I Merangkap Anggota, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si dan Sekretaris II Merangkap Anggota, Yasmin Nida Firdausi.
Rakornas diselenggarakan sebagai wadah bagi seluruh Satgas PPKS Perguruan Tinggi Indonesia untuk berbagi pengalaman dan membangun jaringan kerjasama yang kuat supaya dapat menyelenggarakan fungsi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi masing-masing. Rakornas ini diawali dengan diskusi bersama yang dimoderatori oleh Inspektur IV Irjen Kemendikbudristek, Subiyantoro, S.H., M.Si., dengan pembukaan berupa laporan kerja kepada menteri yang disampaikan oleh PLT. Sekretaris Irjen, Purwaniati Nugraheni, S.H., M.M. Selanjutnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan beberapa pesan yang ditunjukkan kepada seluruh Satgas PPKS se-Indonesia.
“Saya tidak menyangka bisa bertemu dengan pasukan yang melakukan tugas mulia dan Saya yakin (tugas tersebut) pasti berat,” ujar Mas Menteri
Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim menekankan dan mengingatkan beberapa hal kepada seluruh tim Satgas PPKS untuk diperhatikan. Adapun di antaranya untuk memahami urgensi mengeluarkan sanksi kepada pelaku, penyusunan dokumen standar pelayanan minimum, dan perlindungan psikologis serta remunerasi tim Satgas PPKS. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan performasi serta menjamin mutu dari Tim PPKS yang ada di Perguruan Tinggi (PT) seluruh Indonesia.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Chatarina Muliana Girsang turut menyumbangkan curahan hati selama pelaksanaan mandat kepada Mas Menteri terkait tantangan-tantangan yang dihadapi. Irjen Kemendikbudristak juga menyampaikan dukungan penuh bahwa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan gerakan bersama dalam salah satunya kampus merdeka dari kekerasan seksual.
Sesi diskusi dilanjutkan dengan berbagi pengalaman suka dan duka dari beberapa perwakilan Satgas PPKS. Cerita yang pertama muncul adalah dari Mahasiswa Universitas Madako Tolitoli, Annisa Nur Fitriani yang menyampaikan bahwa mengalami tantangan dalam proses PPKS akibat dari rasa malu dari teman-teman mahasiswa untuk melapor. Annisa berpendapat bahwa salah satu faktor yang memengaruhi adalah kurangnya kepercayaan untuk melapor sehingga penting untuk membangun kepercayaan tersebut. Selanjutnya tantangan yang dibagikan oleh Sekretaris Satgas Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Yuliarni yaitu kurangnya komitmen univeritas dalam menyokong operasional kegiatan PPKS sehingga banyak terjadi hambatan. Mahasiswa Universitas Terbuka (UT), Gladys Dara Marsha Fenumal juga menyumbangkan cerita yang dibagikan yaitu tantangan untuk Perguruan Tinggi yang mengharuskan seluruh kegiatannya secara daring sehingga terjadi keterbatasan pendampingan dan SDM jika harus memantau secara langsung. Permasalahan seputar SDM juga dihadapi oleh Satgas Universitas Kristen Satya Wacana. Satgas dituntut untuk bekerja 24 jam dalam sehari tanpa henti karena harus menerima dan menindaklanjuti aduan di manapun, ujar Kepala Satgas PPKS Satya Wacana, Wilson M.A..
Setelah sesi diskusi berakhir, peserta dibagi dalam dua ruangan terpisah antara Satgas unsur mahasiswa dengan unsur dosen atau tenaga kependidikan untuk melangsungkan kegiatan interaktif selanjutnya. Di dalam ruangan forum Satgas PPKS unsur mahasiswa, terlaksana diskusi menarik antar mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia. “Salah satu kendala terbesar yang pasti dialami oleh teman-teman juga adalah dianggap ‘polisi moral’ oleh teman-teman Saya,” pungkas salah satu mahasiswa yang mencurahkan tantangan yang dihadapinya. Ungkapan tersebut divalidasi oleh beberapa mahasiswa lain yang merasa beban seorang anggota Satgas PPKS unsur mahasiswa bukan hanya yang tertulis dalam mandat yang ada, namun juga dampak sosial yang memerlukan usaha lebih agar Anggota Satgas PPKS unsur mahasiswa tetap dapat memiliki lingkungan sosial yang sehat di samping tetap menunjukkan performa terbaik sebagai Anggota Satgas PPKS di Perguruan Tingginya. Di sesi unsur dosen didiskusikan beberapa topik, yaitu kondisi sarana prasarana pendukung pelaksanaan tugas PPKS, komitmen pimpinan PT pada satgas PPKS, ada tidaknya peraturan pelaksanaan terkait kekerasan seksual yang sudah disahkan oleh rektor masing-masing PT, ada tidaknya akses pemulihan psikologis pada anggota satgas PPKS dan diakui atau tidaknya kinerja satgas PPKS sebagai kredit yang masuk dalam LKD/BKD dan PAK. Adanya perbedaan PT (Negeri, Swasta & Politeknik) juga memengaruhi pelaksanaan dan kinerja satgas PPKS. Beberapa wakil satgas dari masing-masing jenis PT mengungkapkan pengalaman dan keluhannya yang berupa kurangnya komitmen dari pimpinan, dan bahkan ada satgas yang tidak menerima remunerasi. Sebagian besar satgas belum mendapatkan pemulihan psikologis. Terdapat usulan bahwa ada tidaknya satgas dan kinerja satgas masuk ke dalam penilaian akreditasi PT.
Berdasarkan beberapa tantangan yang dijabarkan oleh seluruh unsur yang ada dalam Satgas PPKS masing-masing Perguruan Tinggi, perlu adanya kepekaan bersama untuk bahu-membahu menyokong keberlangsungan kinerja Satgas PPKS UGM. Seluruh unsur harus mendukung penuh tim Satgas PPKS yang ada di Perguruan Tinggi masing-masing karena Satgas PPKS memiliki peran yang strategis dalam menumpas salah satu bentuk kekerasan : kekerasan seksual sehingga dapat mencapai lingkungan belajar yang berkualitas, sesuai dengan SDGs ke-5 yaitu kesetaraan gender.
Seperti ujaran Nadiem Makarim, “Saya merasa bangga dan hormati disekitar ini. Maka dari itu, jangan putus asa, terus berjuang, dan semangat untuk memerdekakan Perguruan Tinggi kita dari kekerasan seksual,”.
Penulis : Yasmin Nida Firdausi
Penyunting : Yayi
Fotografer : Yasmin Nida Firdausi